Rahasia Gagah-ku​

Baru  November kemarin aku menghela nafas panjang karena untuk kesekian kalinya melepas, dan merelakan seseorang yang amat ku kasihi. Namun Desember berulah lagi~
Musim hujan sudah menjadi jadwal sendiri di Desember, seperti jadwal babak baru kisah di hidup ku, mungkin akan terdengar berlebihan tapi ini benar terjadi.
Tokoh lama yang telah ku kira pergi, datang kembali dan seraya menjadi tokoh utama.
Kisah lama yang ku tutup terpaksa ku buka dengan berdebu-debu.
Getir..
Hal pertama yang kurasa.
Seharusnya ku katakan padanya dengan lantang "Getir hatiku membuka kisah ini Gah!" namun hanya bisa ku tulis (Pengecut).
Pertemuan itu seperti kisah fiksi yang ku tulis dalam setiap puisi.
Aku saat itu benar-benar menatapnya dengan lekat, memperhatikan seksama setiap detail bahasa tubuhnya, dan masih sama untuk ku.
Malam rupanya bernegosiasi dengan hujan untuk tidak turun, untuk tidak menimbulkan suasana romantis~
Gagah dengan coffee nya dan aku dengan jus alpukat, berbincang hangat dengan saling menyembunyikan rasa getir (terutama aku).
Kaki ku sempat terasa tak menginjak bumi, dan pemikiran ku jauh terbang bernostalgia dengan rasa-rasa pahit yang kelam .
Gagah tersenyum dengan kisahnya , aku lupa detailnya seperti apa, aku suka mendengar suaranya, lalu aku sadar diri dari lamunan dengan senyum simpul dirinya.
Seketika~
"aku tau puisi itu saya" katanya dengan datar.
Dan perdebatan terjadi antara kami berdua dengan cukup sengit. Jus alpukat yang mulanya begitu manis legit , tiba-tiba terasa menjadi hambar dan sepah.
"Iya Gagah adalah kamu" seingat ku, aku menjawab seperti itu seraya menatap tajam kedua bola matanya.
"Maafkan saya takut saat itu" katanya lagi, kali ini dengan muka yang lebih serius.
"Saya juga suka kamu, ketika kamu merasa saya tidak peka, saya tahu" katanya menjelaskan dengan mimik yang lebih serius.
Hatiku kalut, pikiranku yang telah menjelajah ke kisah nostalgia terus menerus mengali rasa sakit, perih, tangis, getir, tapi tiba-tiba ada rasa lain yang menerobos masuk secepat kecepatan  cahaya,  rasa duka itu seketika berubah menjadi kembang api kebahagiaan yang sulit ku jelaskan.
Aku sulit berkata-kata kepadanya, aku malu, senang, kesal, sedih bercampur dalam benakku kala itu tapi aku berusaha menutupinya walau ku yakin tidak berhasil juga, aku hanya dapat membatin, kata ku dalam hati "ini kah sebuah cinta? Lama ku ingin mengetahui apakah aku sia-sia menunggu mu dua tahun, kini terjawab dengan sangat mudah didepan ku, aku lega Gagah, kini ku tau mengapa Tuhan terus menerus memberi rasa yang luar biasa itu untuk mu ternyata kamu pun merasakannya. Tapi.. mengapa harus sekarang?".
Pertanyaan ku mengantung di sebuah kata "sekarang".
Tidak ingin aku bergulat lama dengan "sekarang" aku memilih untuk memahami setiap kata yang Gagah utarakan padaku, tentang rasanya, tentang sebenarnya yang terjadi, dan... tentang pertemuan dia dengan kekasihnya.
Terang ... mungkin itu gambaran ku tentang kisah yang berdebu dan getir itu.
Ku rasa kisah ku dengan Gagah adalah kisah romantis yang harus kebanyakan orang tahu, bahwa cinta, kesabaran dan rasa yang tulus pada seseorang walau tanpa balasan , bukanlah suatu hal yang sia-sia karena Tuhan pasti punya rencana sendiri, dan menahan rasa karena peraasan "enggak enak" pada akhirnya akan dihantui dengan rasa bersalah.
Ku syukuri kisah ku dengan Gagah berkahir manis menurut versi ku.
Aku dapat memilikinya utuh, walau bukan seutuhnya.
Gagah-ku adalah tetap Gagah-ku
Dan selalu menjadi Gagah dengan caranya.
Ke cemburuan ku hanya satu ketika dia berkata "Aku yang datang padanya..."
Dari kalimatnya itu aku paham betul betapa dia membela wanitanya.
Dan babak baru kisah dihidupku dimulai kembali.
Gagah
Terimakasih untuk inspirasinya~

Comments

Popular Posts