Samudera dan Kirana (Part 3)

Keringat  bercucuran bak air hujan membasahi tanah, dari ujung rambut hingga telapak kaki keringat menghiasi tubuh mereka. Hari ini shif diperpanjang lagi, jadilah mereka seperti kerja rodi, tak ada waktu untuk bersantai lama, ya walaupun upah ditambah.
Ternyata hidup dikota orang tak semudah dibayangkan, modal nekat, dan sakit hati ternyata tak cukup menahan rasa pegal dibadan.

"Capek banget rek, Ya Gusti olih beli sih isun ora melu long shif Dra, " Salim seraya mengeluh kepada sahabatnya.

"Semangat Mang Salim, inget saja ibu dirumah, uangnya buat tambahan dia.. " Samudera menjawab datar, padalah dia juga merasakan linu-linu di tulang-tulangnya, tapi bukan samudera jika ia tidak optimis pada hidupnya.

"Ya Mimi si pasti saya inget lah Dra, tapi awake lara kabeh... " Salim masih mengeluh.

"Sabar Mang Salim, ntr kalo mang salim jadi bos juga gak jauh jauh begini.. " Samudera tersenyum sinis, mengingat kelakuan para petingginya yang terus mengejar target produksi tanpa melihat stamina karyawannya.

"Kamu ngomong apa Dra, " Rupanya Salim tak satu pikiran dengan Samudera.

Jam istirahat telah berakhir,  bunyi alarm sudah mengelegar seastreo pabrik.

"Semangat-semangat" ujar salah satu petinggi dipabrik itu.

Jelas betul para karyawan pabrik sudah tampak kelelahan, tapi mau dikata apa, jalan mencari rezeki seperti ini adanya.

Tiba-tiba ruangan menjadi gelap sekali, semua orang riuh, ada yang berteriak, ada yang mengucap istigfar. Begitu juga dengan mesin pabrik yang berhenti secara mendadak.

"Listrik mati, listrik mati, silakan keluar ruangan dengan teratur" Teriak petinggi pabrik dengan menggunakan TOA.

"Masa pabrik sebesar ini tidak memiliki generator ya Salim?" Tanya Samudera kepada sahabatnya.

"Generator iku apa ndra?" Tanya balik Salim.

"Apa kamu tidak tau soal generator Salim?" Samudra semakin keheranan.

"Ora." Jawab Salim dengan muka datar.

Para karyawan keluar dari ruangan pabrik, dengan saling memegang bahu satu sama lain untuk menuntun jalan, karena keadaan benar-benar sangat gelap. Saat yang lain keluar ruangan, Samudera masih menyimpan penasaran tentang generator pabrik, maka ia keluar dari arah  belakang, dan menuju ruangan listrik.
Tepat sekali dugaan Samudera disana banyak sekali orang, mungkin mereka merupakan bagian teknisi listrik.

"Saya yakin sekali ini rusak ada bagian yang terbakar, menurut saya ini harus diganti" ucap salah satu dari banyaknya orang disana.

"Tapi inikan generator yang bisa dikatakan masih baru Ron.." sambung salah seorang dari mereka dengan nada kesal.

Samudera memberanikan diri melangkah maju memasuki ruangan listrik tersebut, menerobos beberapa orang disana, hingga ia tepat berada didepan mesin itu. Semua orang disana menatap kebingungan, bertanya-tanya siapa dia yang dengan percaya diri menatap mesin itu.

"Saya minta obeng... " Dengan ekspresi datar, dan mengulurkan tangan kepada salah seseorang yang bernama Roni.

Samudera terus-menerus meminta alat-alat untuk membereskan mesin itu, anehnya para teknisi itu menurut saja tanpa perotes sedikitpun kepada Samudera.

Hampir satu jam Samudera berkutik dengan mesin tersebut. Hingga terdengar bunyi mesin dan beberapa lampu yang mulai berkedip-kedip.

"Akhirnyaaaaaa" teriak Roni dengan bersemangat.

Rupanya Samudera berhasil menghidupan generator dengan sepengetahuan ala kadar yang ia miliki, kini pabrik kembali menjadi terang-benerang, mesin mesin yang berada didalam pabrik itupun mulai bekerja kembali seperti semula.

* * *

Comments

Popular Posts