21.34 "kemarin"

Seperti biasanya Mamah menyambut pagiku dengan teriakan khasnya agar saya bangun tepat waktu. Malam tadi rasanya kurang bisa tidur nyenyak, karena banyak hal-hal yang entah mengapa tiba-tiba merasuki otak dan memaksa saya untuk berfikir menyelesaikanya. Termasuk keinginan kuat untuk menulisnya diblog ini.

Tepat pukul 21.34 jumat malam kemarin,  ada banyak logika yang Tuhan kirimkan kepada saya tentang hal yang akhir-akhir ini menyulitkan diri sendiri. Sebelumnya di jam 11.41 dihari yang sama saya mendapatkan pesan dari bank swasta,  bank tersebut memberitahukan jadwal interview. Lagi-lagi hal ini membuat saya merasa bingung tidak terkira,  ya!  Memang benar apa yang harus  dibingungkan,  bukankah interview itu hal yang dinanti setiap orang yang melamar kerja?

Tapi sebenarnya bukan interviewnya yang membuat berat, pekerjaan yang saya lamar sebenarnya tidak sepenuh hati diinginkan, berat sekali rasanya ingin melanjutkan, tapi sifat saya yang keras kepala selalu mendorong saya untuk maju, melakukan hal yang sebenarnya tidak diinginkan.

Setelah seharian dilewati dengan perang batin,  di jam 21.34 itu saya mendapatkan logika yang benar,  fakta yang mengejutkan, sekaligus mengiris hati yang telah saya tegar-tegarkan sebenarnya. Mungkin ini tidak sepenuhnya penting dari hal-hal yang ingin saya kejar diusia yang berkepala dua ini,  seperti lulus dengan baik, dan karir yang membuat nyaman. Tapi setidak pentingnya hal tersebut  nyatanya membuat hati ini menjadi lara sendiri.

Awalnya saya ingin bercerita kepadanya, tentang hal-hal baru yang saya alami. Saya mencoba melamar pekerjaan ditempat yang baru, saya kejar-kejaran waktu jam 8 saya datang kekantor tersebut jam 9 saya harus sudah datang ditempat kerja saya, saya harus menaiki dua angkot, menahan mual karena belum sarapan, dan harus tampak baik-baik saja ditempat kerja agar yang lain tidak menyadari bahwa saya telah melakukan perjalanan jauh. Lalu dihari berikutnya saya melakukan tes psikotes, soalnya mudah sekali, tapi karena gugup jawaban yang seharusnya disilang tapi saya menjawab dengan menulis jawaban disebelah soalnya, saya cemas menunggu pengumuman apakah akan lolos ketahap berikutnya atau tidak, jam 10.30 tes selesai panitia memberitahu bahwa jam 11 harus berapa ditempat kembali untuk pengumuman, saya yang tak pandai bersosialisasi akhirnya menghubungi sahabat  yang dekat dari tempat itu, dia dengan senang hati menemani saya makan siang. Jam tenyata terus berputar dengan cepat jam 11 telah lewat begitu saja saat kami masih menyatap makan siang kami, dengan buru-buru kami habiskan, tanpa perotes sahabat saya itu mengantar saya kembali ketempat tes, dan tanpa disangka saya lolos ketahap interview. Itulah hal-hal yang ingin diceritakan kepadanya, tapi tepat jam 21.34 jumat malam kemarin, saya mengundurkan niatan ini.

Entah sudah berapa kali saya mencoba menghindar dari hal buruk ini, walau sebenarnya saya sudah mengetahui fakta ini jauh-jauh hari. Bahkan 1 minggu sebelum ultah saya yang ke 20 tahun, saya menghilangkan semua kontak yang berhubungan dengannya. Tapi nyatanya diH+2 usaha saya terbuang sia-sia, hingga pukul 21.34 jumat malam kemarin, hati yang telah dikuat-kuatkan luluh lantak juga, rasanya hancur tak terkira, tiba-tiba linu menyergap tulang-tulang dan sendi dibadan ini.

Seharusnya memang tidak boleh memiliki rasa secuilpun pada orang yang nyatanya masih mencintai matannya, kepada orang yang masih berjuang untuk mendapatkan mantannya, kepada orang yang nyatanya hanya menganggap teman biasa, atau bahkan teman sosmed saja.

Pukul 21.34 itu dengan tersirat dia jelaskan bahwa hatinya masih untuk orang lain, atau mungkin memang bukan untuk saya. Disaat itu banyak hal yang tiba-tiba muncul dikepala , mengapa saya menjadikannya prioritas padahal sudah tau jawabannya dari awal, atau hal konyol yang pernah saya lakukan untuk sekedar saja "membelanya" didepan diri saya sendiri.

Hari ini saat Mamah dengan biasa membangunkan saya, semalaman saya berjanji untuk tidak memprioritaskan hal yang tidak mungkin dapat diraih. Sekeras apapun saya berusaha, tapi jika Tuhan tidak mengizinkan saya bisa apa. Pada akhirnya banyak hal baru yang saya lewati tanpa harus menceritakan kepada siapa pun, seperti hari ini saya harus pulang cepat dari tempat kerja karena badan kurang sehat, banyak janji yang harus saya batalkan, di hari ini juga saya dapat pemberitahuan bahwa jadwal kuliah full, dihari ini juga adik saya ikut lomba tapi dia tidak menang, banyak hal-hal baru dihari ini, termasuk perlahan-lahan meninggalkannya dan melupakan.

Comments

Popular Posts