Mendung didepan Kantor Ku
Mendung didepan kantor ku yang ramai lalu lintas.
Mobil-mobil berkesebelatan melewati kantor ku di pinggir jalan.
Motor-motor seperti konfoi berlalu lalang sejajar dua arah jalan.
Aku tertegun dibangku ku, aku memandang pintu yang tembus pandangan.
Hampir perdetik kendaraan berjalan.
Aku heran mereka ingin kemana? Tak sudikah salah satu dari mereka mengetuk pintu kantor ku dan mengajakku keluar.
Rupanya diluar aku perhatikan sedang mendung.
Awan abu merajai langit. Pepohonan berayun ringan berirama angin.
Aku tetap tak puas dengan ucapan batin ku. Aku tetap mengerutu sambil menegak kopi dalam kemasan botol plastik.
Memang rendahan selera kopi ku. Kopi bagi ku adalah minuman yang mampu mengolok-olok diriku ini yang begitu bodohnya tentang pendirian bahwa kopi harus berasa manis, pendirian tentang kopi berasa pahit adalah kejahatan untuk diminum dikala rapat yang menentukan nasib bulanan.
Aku masih ragu, mengapa mereka hanya berlalu lalang saja, tak adakah yang ingin mengajakku berbicara. Aku pandai dalam diskusi. Aku pandai dalam berbohong. Mengapa rupanya aku hanya sedikit memiliki teman?
Tepat. Aku tak ubahnya seperti buku, yang hanya dicari jika sudah bestseller. Mengapa tak banyak orang ingin berbicara sekali saja. Aku pandai menyesuaikan.
Mendung didepan kantor ku, awan seperti ragu mengeluarkan butiran hujan, matahari seperti geram ingin segera keluar dari keabuan. Tapi kendaraan tak satupun ragu ingin berhenti.
Tak apa. Aku hanya sedang duduk menunggu jam yang jarumnya menuju angka lima dan dua belas. Hanya itu yang aku lakukan.
Selebihnya terkadang aku ingin memecahkan kaca pintu, dan pergi bersama salah satu kendaraan itu. Kemana saja, asalkan jangan kembali disini. Disini terlalu manis. Manis, karena Bima akan datang kesini.
Aku tak sanggup bertahan dengan kepura-puraan ku jika Bima disini.
Mendung di depan kantor ku.
Membawa aku kembali kepada Bima yang telah berbohong, layaknya hujan yang datang tanpa gemuruh, membasahi pengendara motor, dan terpaksa harus meneduh , menunggu reda tanpa tau kapan itu.
Comments
Post a Comment