Mas Magang
Rupanya saya sudah lama tidak keluar rumah. Ah dasar memang sifat pemalas yang saya miliki diluar batas, lebih betah didalam rumah, membaca buku, mendengarkan musik dan lagu lama, serta berinteraksi dengan kucing liar yang saya pelihara. Tak banyak ekspresi, juga tak banyak cerita baru yang dapat saya serap dari kegiatan malas-malasan itu.
Tadi, atau mungkin 3 jam dari saya menulis ini. Saya bertemu dengan sahabat-sahabat saya untuk melakukan "buka bersama" yang pada prakteknya hanyalah sebuah ritual makan dengan obrolan kesana kemari melepas penat serta rindu. Teman saya telah menikah dan memiliki anak yang sangat lucu serta cerdas sekali, bernama Kayla dengan sekejap dia menjadi sorotan serta perhatian di tempat makan tersebut. Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan, bukan tentang Kayla yang begitu cerdas untuk usianya, bukan tentang cara teman saya mendidik gadis kecil tersebut, bukan juga tentang pertemuan yang merindukan itu, bukan.
Tapi tentang pria yang memakai baju hitam putih, yang membawa sejumlah kertas ajaib miliknya. Saya sebut dia "Mas magang" atau mungkin lebih tepatnya dia adalah pegawai baru. Ditengah keceriaan para pengunjung ditempat dia bekerja, saya langsung tertarik untuk memperhatikannya, bukan karena wajahnya, atau bentuk badannya, tapi dari ekspresi yang dia keluarkan. Ada raut kesedian, marah, kesal, dengki, iri, bercampur menjadi satu dengan tatapan nanar. Mas magang tersebut harus selalu melayani dengan benar, setelah dia berbalik dari arah pengunjung rautnya berubah lebih menyedihkan lagi. Saya bertanya pada Tika, "Dia kenapa ya Tik?". "Mungkin dia masih baru jadi dimarahin" jawab Tika. Saya langsung membatin, berkaca tentang diri saya sendiri, sangat beruntunglah saya, jika saya ada diposisi nya mungkin saya dihari itu juga akan keluar dari pekerjaan, tapi mungkin bagi Mas Magang ini adalah sebuah kesempatan, sebuah rintangan yang harus dia hadapi, seberapa kusut ekspresi Mas Magang itu dia masih menyimpan kekuatan untuk bertahan.
Pelajarannya adalah masih banyak orang yang jauh lebih menyulitkan hidupnya. Dan banyak orang yang ingin berada diposisi kita, sudah selayaknya kita bersyukur, puas dengan apa yang dimiliki, dan jangan lupa berbagai.
Seperti seorang bule yang memberi 20 ribu kepada Mas-mas yang bermain biola ditengah mall.
Di tulisan berikutnya saya akan bercerita tentang Mas Biola yang saya temukan mengamen ditengah Mall.
Selamat malam. Jangan lupa bersyukur.
ini kisah nyata nyata ya?
ReplyDeletetulisan yg bagus.
Betul. Terimakasih.. mohon bimbingannya, Saran dan kritik membantu saya untuk mengembangkan tulisan saya yang baru kemarin sore ini 😃
Delete