Bima (pecandu Nikotin)

Kau memang pecandu berat nikotin Bima, aku bisa lihat dari mata nanar mu yang memelas memintaku mengijinkan kau untuk menghisapnya satu atau dua batang lagi. Namun aku berkata "Tidak!" , kau tak marah Bima tapi aku yakin batinmu dan indra pengecapmu bertengkar hebat karena ulahku yang keteraluan ini. Bima ku.. Aku bisa rasakan kelelahanmu saat mata itu berubah menjadi warna merah darah, namun kau tetep bersikukuh bahwa kau baik-baik saja, tak apa aku tetap bisa merasakan kelelahanmu lebih dari yang kamu bayangkan kasih.

Bima aku meminta banyak hal mustahil padamu, kau tersenyum dan menganguk sejadinya. Aku memintamu berhenti dari nikotin itu , kau meneguk  liur , aku tau kau tak bisa secepat itu hilang hubungan dengan  si nikotin penggoda itu! Tapi taukah kau Bima, aku begitu bahagia rasanya saat kau dapat tiga hari tak bersentuhan dengannya. Usahaku berhasil, merenggut segala perhatianmu hanya kepadaku saja, hanya untukku saja.

Kasih.. Terakhir aku lihat kau sungguh rapuh, aku usap punggungmu dan berdoa dengan keras dalam hati  "Tuhan, usaikanlah penderitannya," aku sangat takut saat itu Bima. Aku juga dapat merasakan jeritan kecil dihatimu itu Bima. Kau rapuh, rapuh serapuhnya, hanya bisa tersenyum untuk melegakan hatiku yang ikut sesak melihatmu kala itu. Tapi kau adalah Bima ku , kau bangkit bak tak terjadi apapun selalu berkata kau paling kuat disini.

Taukah kau Bima, Mengapa dengan segera aku membuka hatiku ini untukmu? Karena bersama mu aku merasakan aman. Sejujurnya hanya itu, tak pernah rasanya aku merasakan aman seperti ini Bima, sungguh ini baru pertama kali.

Jika kau tengok kebelakang banyak cinta yang aku lalui, namun aku baru merasakan aman padamu Bima.

Bima. Maka teruslah disampingku, ingatkan aku bahwa ada sekolahku dan kamu yang harus aku tuntaskan.

Untuk Bimaku

Comments

Popular Posts