Surat untuk mu
Sedang apa kamu?
Sudah makan?
Jangan telat makan nanti kamu sakit, kamu bukan robot.
Musim hujan ya..
Kemarin aku dengar kamu kejebak hujan saat ingin pulang.
Kasian.. jangan sedih, hujan sebenarnya sedang menyapa mu karena rindu.
Kamu berteduh saja. Disana. Dibawah warung kopi.
Minumlah kopi, dan tentang kan fikiran mu, orang rumah mu pasti baik-baik saja.
Oh iya. Tetap disana ya. Aku mau menyusul mu.
Iya, aku akan menyusulmu di warung kopi itu.
Aku mau ikut pulang dengan mu.
Kerumah siapa? Aku tak tau.
Kerumah mu atau kerumah ku, aku bingung.
Aku gak jelas? Jelas saja, kamu yang tidak paham.
Sebenarnya aku hanya ingin dekat dengan mu.
Seperti hujan.
Aku pun rindu.
Sebab..
Rindu itu seperti musuh yang selalu memanaskan ku. Seakan harus terus mengetahui tentang mu, aku menjadi tidak tenang, karena mendung, petir, dan banjir yang ada dimana-mana.
Aku tidak ingin kamu jatuh.
Apalagi berdarah-darah.
Aku ingin kamu tetap ada walaupun tidak pernah aku temui.
Aku ingin tetap mendengar kabar mu, walau tidak pernah bertegur sapa.
Aku ingin tetap melihat wajah mu, walaupun tidak pernah ku sentuh.
Sebenarnya..
Aku sayang kamu.
Seperti alas kaki yang melindungi kakimu.
Seperti helm yang melindungi kepalamu.
Seperti doa yang selalu melindungi perjalanan mu.
Karena...
Rasa itu sepi.
Ketika disapa dia bersembunyi.
Ketika dibiarkan dia mengiris hati.
Aku..
Mungkin adalah bagian sepi yang sedang kamu cari.
-malam Minggu
Hujan
10 Februari 2018
Sm
Comments
Post a Comment