Cowo Mars "bukan salahnya"
Aku suka sama sahabat ku, bukan juga mungkin dia teman dekatku. Kenapa aku suka padanya? Aku juga tidak terlalu memahaminya, tapi aku bisa jelaskan mengapa aku bisa menangis semalaman karena gaduh dalam hati untuk menyerah mendapatkan dia.
Januari ditahun lalu adalah hal pertama yang membuat aku semakin tertarik padanya, kita dekat hanya dekat, namun dipertengahan bulan Februari dia lebih memilih untuk kembali pada kekasihnya yang dulu, aku pun mundur. Kisah ini berawal dari musim hujan dan berakhir dipertengahannya.
Hingga waktu terus berjalan lambat laun aku terbiasa tanpa dia, namun takdir mendekatkan kita kembali dibulan Oktober. Rasa kecewa karena dia lebih memilih kekasihnya sudah melebur, aku kembali berbincang bincang padanya. Namun sialnya aku semakin tertarik pada dia.
Suatu hari aku hampir habis akal mencari novel Maryamah Karpov karya Andrea hirata,digramedia berkali-kali aku kesana novel itu tidak ada. Hingga akhirnya aku memintanya untuk membelikan, bukan meminta lebih tepatnya menitip siapa tau ditoko buku dikotanya ada novel tersebut.
Lalu lusanya dia mengabari bahwa novel itu sudah ada ditangganya, aku senang bukan main itu kali pertamanya aku meminta hal yang menurutku tidak mungkin, menjadi mungkin.
Mulai saat itu aku kembali mengaguminya, bukan sebagai teman, tapi sebagai sosok pria yang mandiri, sopan, berpikiran positif, dan penyayang ibu. Perempuan mana yang tidak tertarik dengan pria yang berkarakter seperti itu?
Berhari-hari lamanya rasaku tumbuh semakin dalam, aku semakin menunggunya diruang kosong yang siapapun enggan untuk datang.
Hingga akhirnya aku lelah, ditambah keyakinanku bahwa dia tidak pernah menganggap ku lebih dari teman. Hanya teman.
Batinku bergulat, beradu pada logika, bertanya mengapa dia tidak peka pada perasaan ? Tapi lagi lagi aku sadar, bahwa hanya aku yang menanggapinya berlebihan. Dia tak salah, tak salah dia tak peduli, tak salah rasanya bukan untukku. Aku yang salah menunggunya dalam harapan semu yang aku buat sendiri.
Lama lama aku semakin sepi, ada yang hilang jika sehari tak dapat kabar, hingga akhirnya kuputuskan untuk menjauh darinya yang telah merenggut habis perasaan dan kesabaran.
Tapi ini bukan salahnya
Comments
Post a Comment