Jauhkan aku dari rasa yang sulit.
Kadang kala nafas sesak membelenggu tubuh..
Lelah menyerang hati tiada henti..
Kacau sekacau kacaunya..
Tiada harapan, tiada tumpuan..
Sedih.. Air brcucuran tiada henti. Bak air zam zam yang diinjak mendiang Siti Hajar.
Lelah selelah lelahnya..
Seperti kertas basah yang dijemur diatas gundukan es..
Lesu, remuk, tak ada harapan..
Kadang semua menyilaukan mata.
Hingg perih. Hingga tulang tulang menampakan diri.
Oh..
Apakah ini? Sempit rasanya.
Tiada dua kali kesempatan menghampiri.
Sesal sesesal sesalnya..
Sepeti api yang menjadi abu, lalu terbawa topan entah kemana.
Oh..
Haruskah aku bertahan dalam kepastian semu?
Dunia baru yang mungkin akan melahapku lebih ganass lagi.
Adakah yang bisa kupercaya.
Bumerang saja balik menyergapku..
Oh...
Sakit sesakit sakitnya..
Seperti tertusuk sabit lalu disiram air laut samudra atlantik.
Harus apa?
Harus bagaimana...
Nasi telah menjadi bubur. Bubur yang basi.
Harapan tinggal harapan.
Tergantung ditiang tiang mimpi.
Lelah menyerang hati tiada henti..
Kacau sekacau kacaunya..
Tiada harapan, tiada tumpuan..
Sedih.. Air brcucuran tiada henti. Bak air zam zam yang diinjak mendiang Siti Hajar.
Lelah selelah lelahnya..
Seperti kertas basah yang dijemur diatas gundukan es..
Lesu, remuk, tak ada harapan..
Kadang semua menyilaukan mata.
Hingg perih. Hingga tulang tulang menampakan diri.
Oh..
Apakah ini? Sempit rasanya.
Tiada dua kali kesempatan menghampiri.
Sesal sesesal sesalnya..
Sepeti api yang menjadi abu, lalu terbawa topan entah kemana.
Oh..
Haruskah aku bertahan dalam kepastian semu?
Dunia baru yang mungkin akan melahapku lebih ganass lagi.
Adakah yang bisa kupercaya.
Bumerang saja balik menyergapku..
Oh...
Sakit sesakit sakitnya..
Seperti tertusuk sabit lalu disiram air laut samudra atlantik.
Harus apa?
Harus bagaimana...
Nasi telah menjadi bubur. Bubur yang basi.
Harapan tinggal harapan.
Tergantung ditiang tiang mimpi.
Tuhan...
Jauhkan aku dari rasa yang sulit..
Aamiin
Jauhkan aku dari rasa yang sulit..
Aamiin
Comments
Post a Comment